Home

Rabu, 18 September 2013

INI ANUGRAH, NAK!



Sakit, memang, ketika kamu harus pergi tanpa ada percakapan antara kita. Sakit, ketika harus melihat kamu bahagia bukan karena aku.
Apapun yang terjadi dalam hidupnya, entah itu suka maupun duka, selalu dituliskannya. Karena itu hobbynya.
Menulis adalah hal yang menyenangkan baginya. Hal yang selalu ia lakukan untuk menyimpan kisahnya. Dia adalah Meranti Winata. Perempuan yang berumur 25 tahun, yang cantik luar biasa, putri dari keluarga terpandang. Ibunya bernama Vira Ginanti, pemilik fashion ternama “Meranti”. Ayahnya bernama Andi Winata, dulu merupakan kepala chef di Istana Negara. Ya itu dulu 10 tahun yang lalu, sebelum ayahnya bahagia bersama Tuhan.
Dia Meranti. Perempuan hebat yang lahir dengan wajah ayu, perempuan hebat yang lahir karena cinta, perempuan hebat yang dianugrahi

HARI ITUPUN DATANG

                 Aku senang ketika kau menyuruhku menemani kau belanja, aku bahagia jika harus bolos sekolah karena kau minta ditemani kesalon. Aku senang melakukannya, asalkan itu bersama kamu. Aku tidak apa-apa jika harus dimarahi ibuku karena pulang terlambat, asalkan itu karena kau. Iya, aku senang.

                Aku punya banyak impian yang ingin dilakukan bersamamu. Aku ingin

Rabu, 10 April 2013

NGGAK BERAKHIR DISINI KOK

Hari Senin-tepatnya tgl 21 Januari 2013, gue sama sohib gue, Octa jalan-jalan diseputaran Jambi. Hari itu kami refreshing pikiran setelah seminggu ujian, yang tentunya membuat otak lelah, apalagi aplikom, beuuh ujiannya perjuangan banget. Seharusnya kami hari itu mengambil almamater di BAAKSI UNJA, tapi berhubung kami penganut “lebih cepat lebih baik”, kami udah ambil tuh almamater duluan, tapi kami tetap ke kampus buat antar tugas.
Selesai itu, gue dan Octa langsung capcus keluar dari gerbang Unja. Awalnya bingung mau kemana, bingung karena terbatas di pendanaan. Niatnya sih mau ke XXI sinema nonton, habis itu keliling WTC, lalu makan di J’Co, habis itu keliling pasar yang didepan Ramayana. Berhubung jalan kesana lewat didepan Jamtos, singgahlah kami disana terlebih dahulu. Ngitarin Jamtos, nyoba banyak baju, tas, wedges, dll. Cuma nyoba doank sih, nggak beli =). Sialnya, naluri shoping gue tiba-tiba berfungsi. Gue ketemu tas yg sumpah kren banget, setelah gue lihat, harganyapun keren, Rp.444.444. berhubung gue lagi LDR sama uang, tuh tas kami sembunyikan, kalo udah ada uang baru dibeli. Si Octa juga gitu, nemu tas lucu, tapi dia lagi di PHPin sama bokapnya, jadi berimpas di keuangannya.
Sepertinya nggak aman nih kalo lama-lama di tempat ginian. Berhubung lapar, kami makan dulu. Gaya banget makan di sana, padahal dompet udah nangis darah minta di isi. Lama banget liatin menu-menu yang dikasih sama mbak-mbak waiter, alasan kami sih alergi lah, udah bosan lah, nggak suka lah, padahal sebenarnya gue dan Octa mencari makanan yang harganya bersahabat. Akhirnya nemu nasi goreng dan es teller, berdua 50rb, lumayan lah. Sambil makan kami bercerita tentang wejangan yang diberikan bokapnya, kata bokapnya si Octa, nggak ada bedanya anak keperawatan Unja dengan anak keperawatan UGM *jadi ingat kata Pak Yantoro. Mau kuliah dimanapun tetap aja namanya MAHASISWA. Memangnya ada jaminan tamat dari UGM atau USU atau yang lainnya bisa diterima kerja? Kecuali yang ikatan dinas seperti IPDN, dll. Lebih baik kuliah di UNJA dengan IPK baik dari pada di universitas terbaik dan ternama tapi IP nya pas buat makan. Kalau dipikir-pikir iya juga sih. Jadi ingat kata nyokap gue “jadilah professional di bidang anda masing-masing”. Intinya sama sih, nggak perlu yang ternama, tapi bagaimana kitamenjadi ternama. *nggak ngerti sih sebenarnya. Ya kira-kira itu lah artinya.

Rabu, 09 Januari 2013

DIARY LALU

“Ayah, aku menemukan ini di gudang atas!”Putri sulungku ku yang berusia 7 tahun menemuiku yang tengah asyik menonton di ruang tengah.Ia memberikan sebuah buku dengan sampul berwarna merah tua kepadaku.
“Kamu kenapa main ke gudang atas?” tanyaku.
“Bunda yang memberikan ini pada Rani” jawabnya.
“Ya udah, sekarang Rani bantu bunda ya!” ucapku mengusap kepalanya.
Kupegang buku yang diberikan putriku. Bukunya lusuh, sudah lepek dan bau.Tapi aku penasaran, istriku tentu punya alasan memberikan ini padaku.Aku mengecilkan volume TV.Dan mulai membuka lembaran pertama.

Selasa, 01 Januari 2013

Bahagia itu sederhana #2



Nurse? Kenapa aku bisa lulus itu? Jujur, waktu daftar (waktu itu bareng Henny sahabatku), entah apa yang mendorong jemariku untuk mengklik prodi nurse. Baik lah, aku masih menunggu impianku satu lagi, walaupun impian untuk kuliah psikologi sudah benar-benar gagal. aku memejamkan mata, menunggu pengumuman esok hari, tapi tunggu! Bukankah setiap prodi kesehatan ada tesnya? Aku buru-buru meng sms ante Vina untuk mencari informasi. Dan benar, ada tes kesehatan, dan parahnya, tes itu hanya tgl 1-2 September. Aku masih menunggu esok.
Esok paginya, jam 8 aku bersama nenekku pergi ke STKIP untuk melihat pengumuman dan ternyata belum ada. Sedangkan tiket untuk pulang ke Jambi, jam 11. Rencana awalnya, kalau tidak lulus di STKIP, aku ambil keperawatan di Jambi, dan berangkat jam 11 siang, karena pengumuman di STKIP perkiraanku jam 9. Kami bertanya pada satpam, katanya sekitar jam 11. Ya Tuhan, ini benar-benar pilihan. Kalau lulus di STKIP, daftar ulangnya Cuma tgl 3 September. Aku harus benar-benar memilih. Dan pilihanku adalah PSIK *setelah dihasud oom ku :D*. jadi aku pulang ke Jambi sama ante Vina. Dan ini merupakan perjalanan yang sangat mengesankan.

Bahagia itu sederhana #1


Setiap orang punya impian, punya harapan yang tentunya ingin diwujudkan. Kalian juga kan? Aku juga. Impian, sebuah kata yang dimiliki semua orang, dari anak kecil hingga nenek-nenek pun punya impian.
Impian itu tentu akan sangat menyenangkan jika terwujud. Tapi, bagaimana jika impian hanya lah tinggal sebuah impian? yang gagal diwujudkan. Gagal diwujudkan, berarti ada usaha untuk mewujudkannya, itu lebih baik, dari pada batal untuk mewujudkannya.
Seperti aku, aku punya banyak impian yang ingin aku wujudkan. Impian aku itu tentang kuliah. Dari SMP aku memimpikan kuliah psikologi di UI. Entah apa yang membuat ku tertarik pada ilmu jiwa tersebut. Aku ingin namaku itu Liski Husdila, S.Psi. Mungkin karena aku orang yang selalu ingin tau tentang banyak hal, ingin tau mengapa seseorang bersikap seperti ini, mengapa seseorang suka ini, apa yang harus dilakukan? Aku ingin mempelajari orang-orang sekitar.
Tamat SMA, 2 kata yang sangat aku tunggu. Dan itu akhirnya terjadi. Dan aku ingin mewujudkan impianku itu. Aku mencoba bicara kepada kedua orang tuaku. Awalnya mama tidak setuju dengan jurusan dan Universitas pilihanku. Oke lah, aku mengalah, aku mencoret nama Universitas Indonesia menjadi Universitas Negeri Padang. Walaupun aku sudah mengalah, mama masih tetap tidak setuju dengan prodi pilihanku. Aku berjuang mencari dukungan, yang ku harap dukungan itu bisa membujuk mama. Aku menelepon tanteku yang di Padang, tante Vina sama tante Niza. Tidak hanya mereka. Aku berbicara pada papa, yang mengerti aku, berusaha mencari informasi tentang prodi psikologi untuk menjelaskan pada mama. Papa mengerti aku. I love you papa.