Home

Selasa, 01 Januari 2013

Bahagia itu sederhana #1


Setiap orang punya impian, punya harapan yang tentunya ingin diwujudkan. Kalian juga kan? Aku juga. Impian, sebuah kata yang dimiliki semua orang, dari anak kecil hingga nenek-nenek pun punya impian.
Impian itu tentu akan sangat menyenangkan jika terwujud. Tapi, bagaimana jika impian hanya lah tinggal sebuah impian? yang gagal diwujudkan. Gagal diwujudkan, berarti ada usaha untuk mewujudkannya, itu lebih baik, dari pada batal untuk mewujudkannya.
Seperti aku, aku punya banyak impian yang ingin aku wujudkan. Impian aku itu tentang kuliah. Dari SMP aku memimpikan kuliah psikologi di UI. Entah apa yang membuat ku tertarik pada ilmu jiwa tersebut. Aku ingin namaku itu Liski Husdila, S.Psi. Mungkin karena aku orang yang selalu ingin tau tentang banyak hal, ingin tau mengapa seseorang bersikap seperti ini, mengapa seseorang suka ini, apa yang harus dilakukan? Aku ingin mempelajari orang-orang sekitar.
Tamat SMA, 2 kata yang sangat aku tunggu. Dan itu akhirnya terjadi. Dan aku ingin mewujudkan impianku itu. Aku mencoba bicara kepada kedua orang tuaku. Awalnya mama tidak setuju dengan jurusan dan Universitas pilihanku. Oke lah, aku mengalah, aku mencoret nama Universitas Indonesia menjadi Universitas Negeri Padang. Walaupun aku sudah mengalah, mama masih tetap tidak setuju dengan prodi pilihanku. Aku berjuang mencari dukungan, yang ku harap dukungan itu bisa membujuk mama. Aku menelepon tanteku yang di Padang, tante Vina sama tante Niza. Tidak hanya mereka. Aku berbicara pada papa, yang mengerti aku, berusaha mencari informasi tentang prodi psikologi untuk menjelaskan pada mama. Papa mengerti aku. I love you papa.
Aku lihat, dari hari ke hari banyak yang menelepon mama, mulai dari ante Vina, abang Wilpa, entah abang siapa lagi, aku lupa. Dan usaha aku sama papa berhasil. Terima kasih Tuhan. Mama mengizinkanku, tapi dengan syarat, aku harus tes prodi yang termasuk kedalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Baiklah, dan untuk FKIP, aku hanya mau satu jurusan, Pendidikan Matematika, bukan yang lain. Ok, deal. Barter selesai.
Tapi muncul lagi permasalahan baru, datang dari keluarga besarku. “Liski mau kuliah apa?” Dengan yakin aku menjawab psikologi. “Kenapa tidak ambil di bidang kesehatan?” Itu pertanyaan yang muncul selanjutnya. Aku nggak pernah ada niat untuk kuliah di kesehatan. Aku terus di kasih wejangan dari banyak pihak. Papa dan mamaku? They said that “all of that there are in you. Semuanya ada di kamu. Itu pilihan kamu. Kamu yang menjalaninya”. Ya Tuhan, baik lah aku mengalah. Kalau kesehatan aku hanya mau ambil gizi, nggak mau yang lain. Deal, semua orang setuju.
Bulan Juni aku mulai sibuk tes masuk PTN. Di Jambi dan di Padang. Satu bulan aku di Padang. Semua tes yang ada aku ikuti, mulai dari SNMPTN undangan, tes SNMPTN tertulis di Padang, UNP jalur mandiri, PKPM, Poltekkes Padang, STKIP PGRI, dan terakhir UMB-PTN. Dan yang paling menguji kesabaran adalah, aku harus menghabiskan bulan Ramadhan dengan berpuasa tidak bersama orang tua, untuk pertama kalinya. Selama di Padang, aku dititipkan sma tante-tanteku, tante Vina sama tante Niza. Love you kalian :*
Satu persatu hasil tes di umumkan. SNMPTN undangan, tidak lulus. Tak masalah, masih ada yang lain. SNMPTN tertulis, lagi-lagi gagal. UNP jalur mandiri? Masih bukan jodohku. PKPM? Aku lulus, PGSD di UNJA. Poltekkes Padang? Lagi-lagi tidak untukku. UMB-PTN? Tinggal menunggu hasil tes nya.
Aku menyerah. Aku putuskan untuk mengambil PGSD di UNJA, yang sebenarnya mama nggak setuju sama pilihanku. Tapi, jika itu yang terbaik untukku? Why not? Aku menyerah. Aku tidak mau tes lagi. Tapi, papa dan mama ku terus memberiku semangat. Aku disuruh memilih, ikut tes lagi? Atau nggak lebaran di Kerinci. Ya Tuhan, sudah 5 kali aku nggak lebaran di Kerinci. Baiklah, aku mengalah. Aku berangkat ke Padang, transit dulu ke Kerinci. :D, dan berangkat ke Padang bersama Ante Vina. Aku memutuskan untuk tes di STKIP PGRI dengan jurusan Pendidikan Matematika.
Di Kerinci, kesabaranku di uji lagi. “Masih mau tes? Masih belum nyerah? Apa sih yang di kejar dari Psikologi dan Matematika?” pertanyaan yang sangat menusuk. Ini aku, hidupku ini adalah aku, bukan kamu dan ragumu. *seperti lirik sebuah lagu J*. Aku tersenyum dan menjawab, “tak pernah ada yang sia-sia untuk sebuah usaha.”
Tespun aku lakukan. “Masih mau tes lagi? Tetap nggak nyerah?” itu sms dari seseorang yang udah ku anggap seperti kakakku sendiri. “Iya, dalam hidupku, nggak ada kalah sebelum berperang.” Aku membalas DMnya. “Bagus. Good luck ya!” katanya. Makasih kak S***R.
Jujur, untuk tes terakhir ini, aku benar-benar sudah tidak semangat lagi. bukupun nggak aku baca. Dodon (tetangga nenekku di Padang) sih bilang, kalau tes di swasta itu, lulusnya gampang. Makanya aku nggak belajar. J
Tanggal 28 Agustus, aku tes di STKIP. Pengumumannya tanggal satu. Baiklah, aku tetap stay di Padang. Tanggal 31 pengumuman untuk tes UMB-PTN. “Liski udah lihat pengumuman?” papa meneleponku. “belum. Aku nggak mau liat pengumumannya, setiap aku liat, pasti aku nggak lulus.” Itu fakta, semua tes yang aku lihat sendiri, nggak ada yang lulus, buktinya? PKPM, yang liat pengumumannya Anggita, dan aku lulus. “No tes mu berapa?” DM dr ante Vina. Malamnya, aku sms ante Vina “Aku lulus?”, dia nge reply “cobalah buka facebookmu itu.” Aku membuka facebook ku, sebuah kiriman dari ante Alniza “Hai Buk Nurse” + gambar bukti kelulusanku. Jelang beberapa detik, papa meneleponku. “Selamat ya, kamu lulus keperawatan di Unja. Jadi bagaimana?”. “aku masih menunggu pengumuman dari STKIP” jawabku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar