Aku punya banyak
impian yang ingin dilakukan bersamamu. Aku ingin
satu Universitas bersamamu,
karena dengan begitu kita bisa pergi bersama, berangkat bersama, pasti itu akan
menyenangkan. Aku ingin jika suatu hari nanti kita mewakili sekolah kita di
kompetisi tingkat Nasional. Aku juga ingin setiap musim salju kita selalu
membuat boneka yang besaaar sekali. Aku juga ingin ketika musim semi kita
jalan-jalan diluar. Aku masih punya banyak impian lagi, aku ingin kau dan aku
jalan-jalan ditepi pantai, berlari-lari seperti yang sering aku lakukan bersama
ibuku. Aku yakin, hari itu akan datang. Aku masih punya banyak lagi hal yang
ingin aku ceritakan. Cepatlah kau datang ke Jepang, bukankah kau ingin melihat
bunga sakura dimusim semi? Disini sedang musim semi, aku berdo’a semoga musim
semi selanjutnya aku bersamamu. Salam hangat dari Rasya, ini aku kirimkan foto
bunga sakura yang ada didepan rumahku.
E-mail
itu diterima Naurah 3 bulan yang lalu. Surat elektronik itu dari sahabatnya,
Rasya yang sudah pindah ke Jepang 5 tahun yang lalu. Setiap minggu, Rasya
selalu mengirimkan surat elektronik itu pada Naurah, pasti. Walaupun hanya
beberapa surat yang dibalas Naurah, Rasya tetap mengirim e-mail padanya.
Itu
adalah e-mail terakhir dari sahabatnya. Awalnya Naurah tak acuh, tapi lama-lama
ia merasa ada yang kurang. Tidak ada lagi yang mengiriminya e-mail. Naurah ingin
mencari tahu, tapi ia tidak punya petunjuk apapu. Naurah ahanya kenal dengan
orangtua Rasya. Semua akun social media Rasya tak luput juga dari
penyelidikannya. Dan hasilnya sama, ia vakum sejak 3 bulan yang lalu.
Satu
bulan berlalu. Dan hari itu datang, hari dimana jawaban dari semua
kekhawatirannya. Naurah bertemu dengan orangtua Rasya.
“Rasya
sudah tidak ada” Ibu Rasya tertunduk, dan Naurah masih berdiri, lemas.
“Dia
kecelakaan” tangis Ibu Rasya meledak
“Tapi
dia pernah berkata jika kau datang di musim semi tahun depan dan dia tidak ada,
dia menyuruhku untuk berkeliling melihat sakura bersamamu. Dan dia juga ingin
kau tahu bahwa Rasya mencintaimu. Rasya mencintai Naurah.”
Air
mata Naurah menetes dipelukan Ibunya Rasya. Iya, hari itu pasti tiba, hari
dimana dia takkan ada, meskipun Naurah terus mencarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar