Home

Rabu, 10 April 2013

NGGAK BERAKHIR DISINI KOK

Hari Senin-tepatnya tgl 21 Januari 2013, gue sama sohib gue, Octa jalan-jalan diseputaran Jambi. Hari itu kami refreshing pikiran setelah seminggu ujian, yang tentunya membuat otak lelah, apalagi aplikom, beuuh ujiannya perjuangan banget. Seharusnya kami hari itu mengambil almamater di BAAKSI UNJA, tapi berhubung kami penganut “lebih cepat lebih baik”, kami udah ambil tuh almamater duluan, tapi kami tetap ke kampus buat antar tugas.
Selesai itu, gue dan Octa langsung capcus keluar dari gerbang Unja. Awalnya bingung mau kemana, bingung karena terbatas di pendanaan. Niatnya sih mau ke XXI sinema nonton, habis itu keliling WTC, lalu makan di J’Co, habis itu keliling pasar yang didepan Ramayana. Berhubung jalan kesana lewat didepan Jamtos, singgahlah kami disana terlebih dahulu. Ngitarin Jamtos, nyoba banyak baju, tas, wedges, dll. Cuma nyoba doank sih, nggak beli =). Sialnya, naluri shoping gue tiba-tiba berfungsi. Gue ketemu tas yg sumpah kren banget, setelah gue lihat, harganyapun keren, Rp.444.444. berhubung gue lagi LDR sama uang, tuh tas kami sembunyikan, kalo udah ada uang baru dibeli. Si Octa juga gitu, nemu tas lucu, tapi dia lagi di PHPin sama bokapnya, jadi berimpas di keuangannya.
Sepertinya nggak aman nih kalo lama-lama di tempat ginian. Berhubung lapar, kami makan dulu. Gaya banget makan di sana, padahal dompet udah nangis darah minta di isi. Lama banget liatin menu-menu yang dikasih sama mbak-mbak waiter, alasan kami sih alergi lah, udah bosan lah, nggak suka lah, padahal sebenarnya gue dan Octa mencari makanan yang harganya bersahabat. Akhirnya nemu nasi goreng dan es teller, berdua 50rb, lumayan lah. Sambil makan kami bercerita tentang wejangan yang diberikan bokapnya, kata bokapnya si Octa, nggak ada bedanya anak keperawatan Unja dengan anak keperawatan UGM *jadi ingat kata Pak Yantoro. Mau kuliah dimanapun tetap aja namanya MAHASISWA. Memangnya ada jaminan tamat dari UGM atau USU atau yang lainnya bisa diterima kerja? Kecuali yang ikatan dinas seperti IPDN, dll. Lebih baik kuliah di UNJA dengan IPK baik dari pada di universitas terbaik dan ternama tapi IP nya pas buat makan. Kalau dipikir-pikir iya juga sih. Jadi ingat kata nyokap gue “jadilah professional di bidang anda masing-masing”. Intinya sama sih, nggak perlu yang ternama, tapi bagaimana kitamenjadi ternama. *nggak ngerti sih sebenarnya. Ya kira-kira itu lah artinya.

Habis makan, kami ke toko buku di lantai tiga, eh disana ketemu sama Wiwik dan Zia. Tau deh mereka cari apaan. Eh di toko buku ketemu lagi tas yang lucu. Hadeh,, godaan banget. Kami berhenti di deretan buku resep makanan. Ya Tuhan, tu makanan enak banget terpampang di kertas. Habis mengitari toko buku-bahkan Octa selesai membaca 1 buku, kami ke lantai dua dimana disana dijual baju. Eh ketemu lagi sama anak-anak batak-teman kita sih. Ada Uli, Mei, Kezia, Anna. Si Mei malah pamer sandal tazmania barunya sama Octa. Capek juga keliling-keliling. Sebenarnya yang buat capek itu karena nggak ada satupun barang yang bisa berkenalan dengan kami. Liatin jam, baru jam 2 siang. Kamipun memutuskan untuk istirahat dulu di luar, sambil makan popcorn.
Rencana selanjutnya ke WTC, pas motor gue dinyalain, eh tu bensin genit banget, ngedip-ngedip pula ke kami. Ya nggak jadi deh. Kamipun memutuskan untuk ke gramedia. Rajinkan?
Setelah memarkirkan motor gue tercintah, kami masuk ke Gramedia, eh ketemu lagi sama tas kece dengan harga kece. Kalo bisa sih, gue mau minta tolong simpan dulu tuh tas, sayangnya nggak bisa. Di lantai dua, kami langsung menuju ke rak buku kesehatan. Kalo si Octa sih udah ambil buku bergenre komedi dan duduk di sudut gramedia yang menghadap kearah jendela. Sementara gue, memilih untuk membaca buku tentang kanker serviks yang lagi mendunia mengalahkan One Direction. Habis itu beralih ke buku keperawatan dan nemu buku statistika tentang SPSS. Tuh soal baru aja masuk di ujian aplikom tadi malam.
Setelah itu gue sok banget, baca buku anak kedokteran yang tebalnya setebal buku tulis gue sekolah selama 12 tahun ini *bohong. Buku itu menjelaskan tentang berbagai penyakit seputar system kardiovaskuler, system pernapasan, system reproduksi, digestive system  dan seluk beluknya serta pengobatannya. Sumpah, gambar-gambarnya mengerikan banget. Ada gambar hasil rontgen orang tertelan pisau silet, tertelan koin, esofagusnya rusak, dan banyak lagi gambar aneh lainnya.
Kemudian gue membaca asuhan keperawatan system kardiovaskuler. Lagi asyik baca, eh ketemu abang kece. Kami sih awalnya mengira dia anak Gapu-garuda putih, soalnya pake seragam + atribut ala tentara gitu, ternyata bukan. Anak Stikes Harapan? Itu juga jelas bukan, karena setau gue anak HI seragamnya putih polos, nah itu celananya ijo. Setelah diselidiki dengan naluri detective gue, ternyata tu abang anak AAK “Akademi Analisis Kesehatan”. Tuh abang bolak-balik disekitaran gue, kayaknya tuh abang sengaja cari perhatian gue, berharap gitu gue nyapa? Atau guenya aja yang kege eran?
Setelah menamatkan membaca buku askep, nggak tau lagi mau baca buku apaan. Akhirnya gue memilih untuk membaca biografi penulis buku-buku kesehatan. Ada yang namanya Ns blab bla S.Kep, MKep SpOT. Ternyata keperawatan ada spesialisnya. Gue jadi niat untuk mengambil spesialis bedah atau maternity.  Tapi kata si Octa, mendingan aku ambil yang berhubungan dengan Psikologi gitu, kan cita-cita aku jadinya bisa tercapai. Tapi yang menjadi pertanyaan, adakah spesialis kejiwaan untuk keperawatan? Masih gue cari jawabannya. Setelah mencari ke gurun sahara, gue menemukan jawban bahwa ada spesialis jiwa untuk keperawatan. Yeah. Saatnya untuk bilang, sempurna.
Gue membaca banya biografi penulis. Ternyata masuk keperawatan bukan mimpi buruk. Habis itu ketemu biografi penulis yang S1 nya kuliah jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, tapi S2 nya di Fakultas Kedokteran UNPAD dengan jurusan Ilmu Dasar Kedokteran. Emang bisa ya? Gue bertanya sama Octa. Berhubung tuh anak ngincer banget kuliah kedokteran, dia langsung excited dan bilang “gue mau masuk ini”. Kalau dari FKIP bisa ke FK, kalo dari FK bisa nggak ya ke FKIP. Jadi ntar nama gue, Ns.Liski Husdila, S.Kep M.Pd. Hahaha lucu. Ternyata walaupun awalnya kita itu tidak mendapatkan sesuai keinginan kita, tapi pasti ada jalan untuk mencapainya.
Karena keasyikan baca buku, nggak nyadar kalo hari udah sore, Octa bahkan sudah menamatkan buku setebal 200-an halaman. Kamipun turun kelantai dasar dan mengambil tas yang kami titipkan. Gue pun mengeluh karena udah 3 jaman di Gramedia tapi buku yang dicari nggak ada, si Octa untunglah peka dengan maksud gue, diapun melanjutkan acting gue. Daripada malu 3 jam-an tapi nggak beli apaan, udah sering sih kami gini. Gue rasa waiter di sana sudah hapal dengan wajah kami. Kalau kami masuk, pasti berpikir “mereka pasti Cuma mau baca buku aja”. Hahahaha. Nggak langsung pulang sih, duduk dulu di parkiran menunggu hujan reda. Ketika sudah reda, kami pulang, eh baru 2 menit, hujan turun dengan lebatnya. Berteduh lah kami. Ketika hujan yang lebat berubah menjadi gerimis, kami melanjutkan perjalanan. Tapi menempuh gerimis dari Sipin ke Mendalo, tetap aja basah. Setiba dirumah, gue udah basah kuyup aja. Sekian cerita dari gue hari ini, silahkan petik sendiri hikmahnya. Bay!!!! *Ala Grisselda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar