11 Maret 2014, ulang tahunku yang ke 19. Semakin tua, usia didunia semakin berkurang, semakin dekat dengan akhir. Sedikit tidak rela bertambah satu angka. Sekarang, kalau ada yang bertanya, jawabnya ’19 tahun’. Padahal, aku maunya 18 tahun terus. Tapi, di usia 18 tahun aku ada kamu. Iya, kamu yang merusak usia 18 ku. Usia 19 ku yang ini jangan disentuh, jangan juga dirusak.
Di
usia 19 ini, aku juga tidak mau terkurung dalam ‘dunia’ kamu. Aku harus keluar.
Usia 19 aku harus bersih, harus senang terus. Mau nya aku sih, tidak bertemu
orang seperti kamu lagi. Sekarang, aku hanya mengendalikan hatiku, supaya tidak
benci kamu. Karena sepertinya, aku mulai tidak suka sama kamu.
Aku
kira kamu tidak memberiku ucapan selamat ulang tahun, karena kamu membenciku,
padahal aku tidak membenci kamu, hanya tidak suka. Tidak suka bukan berarti
benci kan? Tetapi ternyata, kamu memberiku ucapan selamat loh, walaupun Cuma
‘hei, selamat ulang tahun’. ‘Terimakasih teman ’, ternyata aku masih
menganggapmu teman, eh bukan seperti itu, aku berusaha menganggapmu teman.
Do’a
kamu paling unik loh, ‘semoga kamu dan teman-temanmu tidak menyindir orang di
akun twitter kalian’. Oh ma’af ya, kamu merasa tersindir ya? Ah, padahal tidak
sepenuhnya tweet kami ini sindiran untukmu. Itu saja kamu sakit hati? Memangnya
kami pernah menyebutkan penghuni kebun binatang pada kamu? Seharusnya yang
sakit hati itu aku, belum pernah ada yang bilang ‘fuck’ ke aku. Kamu orang
pertama, seharusnya kamu dapat piring cantik. Sejahat apapun aku pada
orang-orang disekitarku, sejahat apapun dan sekasar apapun orang-orang
disekitarku, mereka belum pernah bicara kasar padaku.
‘Kamu
sama teman-temanmu mulutnya nggak dijaga’. Loh, kok kamu marah? Kami kan masih
anak kecil-katamu, kalau bicara asal bicara aja. Kamu yang sudah dewasa –versi
kamu- seharusnya mengerti kami. Kami nggak pernah bilang kamu anjing kan? Nggak
pernah bilang kamu babi kan? Kami hanya mengulang statement dari kamu untuk
aku. Statement itu dari kamu loh mas, berarti siapa coba yang nggak dijaga omongannya?
Kamu kira aku tidak memarahi mereka ketika mereka nyindir kamu? Aku marahin mereka lho. Aku bilang 'yang bermasalah sama dia itu aku, kalian nggak usah ikut-ikutan'. Tapi mereka bilang gini mas 'Kita itu teman. Dia nyakitin kamu, berarti nyakitin kami juga. Terserah kamu mau bilang apa.'
Begitu ya mas, karena kami ini teman. Satu orang saja yang bahagia, semuanya pasti ikut
bahagia. Satu orang saja disakitin, semuanya merasa disakitin. Teman aku begini
loh, nggak cuma senang aja yang bersama, susahpun selalu bersama. Jadi wajarkan
kami begini. Karena kami teman. Ketika kamu berbicara kasar ke aku, siap-siap
aja disindir teman-teman aku. Aku bela mereka begini karena mereka tidak salah
–menurutku. Ketika mereka salah, aku tetap membela mereka didepan orang-orang,
tetapi dibelakang orang-orang, aku akan bilang pada mereka-teman-temanku- bahwa
mereka salah. Sekali lagi, kami begini karena kami teman. Arti ‘teman’ versi
kamu itu bukan seperti ini ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar