Hari
Senin-tepatnya tgl 21 Januari 2013, gue sama sohib gue, Octa jalan-jalan
diseputaran Jambi. Hari itu kami refreshing pikiran setelah seminggu ujian,
yang tentunya membuat otak lelah, apalagi aplikom, beuuh ujiannya perjuangan
banget. Seharusnya kami hari itu mengambil almamater di BAAKSI UNJA, tapi
berhubung kami penganut “lebih cepat lebih baik”, kami udah ambil tuh almamater
duluan, tapi kami tetap ke kampus buat antar tugas.
Selesai
itu, gue dan Octa langsung capcus keluar dari gerbang Unja. Awalnya bingung mau
kemana, bingung karena terbatas di pendanaan. Niatnya sih mau ke XXI sinema
nonton, habis itu keliling WTC, lalu makan di J’Co, habis itu keliling pasar
yang didepan Ramayana. Berhubung jalan kesana lewat didepan Jamtos, singgahlah
kami disana terlebih dahulu. Ngitarin Jamtos, nyoba banyak baju, tas, wedges,
dll. Cuma nyoba doank sih, nggak beli =). Sialnya, naluri shoping gue tiba-tiba
berfungsi. Gue ketemu tas yg sumpah kren banget, setelah gue lihat, harganyapun
keren, Rp.444.444. berhubung gue lagi LDR sama uang, tuh tas kami sembunyikan,
kalo udah ada uang baru dibeli. Si Octa juga gitu, nemu tas lucu, tapi dia lagi
di PHPin sama bokapnya, jadi berimpas di keuangannya.
Sepertinya
nggak aman nih kalo lama-lama di tempat ginian. Berhubung lapar, kami makan
dulu. Gaya banget makan di sana, padahal dompet udah nangis darah minta
di isi. Lama banget liatin menu-menu yang dikasih sama mbak-mbak waiter, alasan
kami sih alergi lah, udah bosan lah, nggak suka lah, padahal sebenarnya gue dan
Octa mencari makanan yang harganya bersahabat. Akhirnya nemu nasi goreng dan es
teller, berdua 50rb, lumayan lah. Sambil makan kami bercerita tentang wejangan
yang diberikan bokapnya, kata bokapnya si Octa, nggak ada bedanya anak
keperawatan Unja dengan anak keperawatan UGM *jadi ingat kata Pak Yantoro. Mau
kuliah dimanapun tetap aja namanya MAHASISWA. Memangnya ada jaminan
tamat dari UGM atau USU atau yang lainnya bisa diterima kerja? Kecuali yang ikatan
dinas seperti IPDN, dll. Lebih baik kuliah di UNJA dengan IPK baik dari pada di
universitas terbaik dan ternama tapi IP nya pas buat makan. Kalau dipikir-pikir
iya juga sih. Jadi ingat kata nyokap gue “jadilah professional di bidang anda
masing-masing”. Intinya sama sih, nggak perlu yang ternama, tapi bagaimana kitamenjadi
ternama. *nggak ngerti sih sebenarnya. Ya kira-kira itu lah artinya.